4 Tradisi Unik Sambut Ramadhan di Indonesia, di Daerah Kamu Seperti Apa?

Jakarta - Bulan suci ramadhan tidak sahaja disambut demi senang cita oleh masayarakat Muslim, hadapan Indonesia nyatanya ada sejumlah tradisi adapun dilakukan oleh umat muslim paling dalam menyambut bulan adapun penuh pengampunan itu.
Tradisi menyambut bulan suci Ramadhan antara Indonesia dilakukan tidak belaka bersama maksud memperkarena kebaikan. Namun, pun sebagai bentuk akan mensucikan diri, saling memaafkan, dan menjalin silaturahmi.
1. Malamang di Palagig
Makanan berprofesi bagian penting pada berbagai tradisi Minangkabau, Sumatera Barat. Begitu doang untuk merayakan hari-hari penting keagamaan, sontak satunya ketika menyambut bulan Ramadhan.
Setiap menjelang bulan puasa, masyarakat Minangkabau bakal beramai-ramai membuat lamang atau lemang nan terbuat melalui ketan. Tradisi ini bernama malamang.
2. Megibung dekat Bali
Rupanya, masyarakat Bali terus punya tradisi unik di dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Di Pulau Dewata, tradisi terhormat dikenal jadi Megibung atau upacara makan bersama.
Tradisi megibung ini dikenalkan dibuntuti Raja Karangasem, yaitu I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem, sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Pada saat itu, Karangasem ekstra dalam ekspedisinya menaklukkan Raja-raja yang ada dalam tanah Lombok.
Paboksan merupakan luput satu tradisi akan dilakukan beberapa daerah hadapan Jawa. Berasal dari kata 'aboks' atau mandi, paboksan adalah gairah mandi atau berendam hadapan laut atau sumber-sumber mata air alami untuk mensucikan dirinya sehari sebelum puasa.
Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang dimaksudkan akan memcerahkan jiwa bersama raga sebelum menghadapi bulan suci Ramadhan. Dahulu padusan dilakukan seorang batang tubuh akan tempat yang sepi, namun kini padusan dilakukan secara beramai-ramai akan kolam renang, maupun akan mata air.
Terakhir, di Pulau Sulawesi, tepatnya Gorontalo, ada sebuah tradisi unik adapun biasa dilakukan jelang Ramadhan adapun dinamakan Mohibadaa. Mohibadaa sendiri adalah aksi membalurkan ramuan rempah-rempah tradisional jadi masker ke wajah.
Setepatnya tradisi ini tak hanya dilakukan jelang Ramadhan saja. Hanya saja, tradisi ini menjabat lebih distingtif saat dilakukan menjelang bulan suci Ramadhan.
Mohibadaa dilakukan bagi menjaga kondisi kulit, karena biasanya saat puasa kulit terasa tandas, apalagi cuaca Gorontalo sangat panas. Adapun, rempah-rempah nan digunakan sebagai masker dempet antaranya tepung beras, humotopo (kencur), bungale (bangle), alawahu (kunyit). Agar hasilnya lebih halus, disarankan bagi menggunakan beras ketan. []